Siswa Asia memboikot Sekolah South Philadelphia
“Hal ini telah berlangsung bertahun-tahun. Kini semakin lama semakin parah.” kata Siswa kelas tiga SMA Danni Glenn.
Siswa siswa Asia yang berencana tidak masuk sekolah selama seminggu, akan menginvestigasi serangan-serangan yang terjadi minggu lalu dan akan menemui pemimpin komunitas untuk menjadi solusi, tapi Glenn pesimis.
Dia mengatakan apapun yang dilakukan oleh sekolah dan otoritas lain untuk menghentikan aksi kekerasan tidak akan menghentikan apa-apa.
Minggu lalu, tujuh siswa masuk rumah sakit karena cedera ringan di rumah sakit Methodist, setelah setidaknya lima serangan yang terpisah.
Menurut siswa-siswa, perkelahian antar Siswa kulit hitam dan Asia dimulai dari jalanan dan kemudian masuk ke dalam gedung sekolah di South Broad Street. Sepuluh siswa diskorsing dan investigasi kriminal sedang dilakukan.
70% dari komunitas siswa adalah siswa berkulit hitam, 18% Asia, 6% siswa berkulit putih dan 5% Amerika latin.
Jumlah polisi sudah ditingkatkan disekitar sekolah dan cukup bisa menekan angka kekerasan, tapi bukan merupakan solusi total.
“Itu bukan jawaban yang cukup,” kata Danni. Mungkin ini bisa menjadi solusi sementara tapi akar permasalahannya adalah iklim ketegangan ras yang kental dan aksi kekerasan selama ini kurang menjadi perhatian oleh staf administrasi sekolah.
Siswa-siswa yang tidak terlibat dalam persengketaan juga bisa membantu,” kata Fernando Gallard, juru bicara distrik sekolah.
“Ini akan menjadi salah satu sasaran kami, mengumpulkan siswa-siswa dan membuat mereka berkomunikasi antar sesama dan membantu sesama,” katanya.
Transfers akan diperbolehkan bila diminta oleh siswa yang menjadi korban kekerasan, seperti yang tercantum pada hukum, katanya.
“Kita akan menjangkau banyak pihak dan mencoba menyelesaikan masalah ini secepatnya,” katanya.
PERATURAN TIDAK DITEGAKKAN
Siswa-siswa Asia percaya bahwa mereka menjadi sasara karena mereka adalah imigran dari Asia. Mereka menjadi sasaran ejekan terus menerus dan pelakunya tidak pernah di hukum oleh staf administrasi sekolah.
Walaupun pengurus sekolah dan administrasi mengklaim bahwa investigasi total sedang dilaksanakan, tapi ini tidak dilakukan sesegera mungkin. Investigasi baru dilakukan seminggu setelah aksi kekerasan berlangsung. Hal ini membuat orang-orang bertanya-tanya apakah pihak sekolah benar-benar serius dalam menangani masalah ini, atau mencoba menutup-nutupi aksi kekerasan yang terjadi.
Pada hari rabu siswa-siswa mengatakan bahwa satpam sekolah tidak melindungi mereka dari serangan, dan anggota staf mengatakan itu bukan kerjaan mereka untuk ikut terlibat.
Jack Stollsteimer, seorang mantan advokat keamanan sekolah di distrik tersebut, dimana posisi ini telah di eliminasi oleh negara bagian, mengatakan tidak terkejut akan keenganan staf sekolah untuk terlibat. Dia mengatakan staf sekolah gagal menegakkan peraturan sekolah dan tata cara kelakukan baik siswa.
Stollsteimer mengatakan ketika dia menjadi advokat, dia menemukan 70% kejadian dimana siswa melanggar peraturan sekolah dan melakukan kriminalitas sekolah, Mereka tidak tersentuh sistem disiplin sekolah. Maka dari itu siswa-siswa tau bahwa peraturan sekolah adalah sebuah lelucon. Ini yang perlu kita ubah, katanya.
Yang tragis adalah siswa-siswa yang baik dan belajar dengan rajin kini takut mendapatkan hak pendidikan. Ramifikasi dari situasi ini bisa mengubah masa depan akademik siswa dan membuat orang tua murid tertekan.
- Sumber: philly.com